Tampilkan postingan dengan label biadab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label biadab. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Agustus 2011

Seratus Perempuan Palestina Diseret dan Ditangkap Zionis

Bersamaan waktunya dengan matinya belasan warga Palestina di Gaza karena dihujani bom fosfor putih, sekitar 100 perempuan di desa Awarta di Tepi Barat diserbu, diseret dan ditangkap oleh pasukan Zionis.
Berbagai media memberitakan, ratusan serdadu bersenjata lengkap menyerbu masuk Awarta, dekat Nablus, dengan alasan mencari pembunuh sekeluarga pemukim Yahudi ilegal di Itamar.
Mereka mendobrak pintu-pintu rumah lalu menangkapi kaum perempuannya pada hari Kamis, 7 April lalu.
Banyak di antara kaum perempuan yang dirazia dan digelandang itu sudah tua.
Sejumlah perempuan itu lalu dilepaskan sesudah diambil sidik jarinya serta sampel DNA.
Masih ada sedikitnya 20 orang perempuan dalam tahanan Zionis – sehingga total 75 orang penduduk Awarta yang ditangkap sesudah peristiwa pembunuhan lima orang pemukim Yahudi di Itamar bulan lalu itu.
Serangan-serangan ke berbagai desa di Tepi Barat ini sudah berjalan rutin lebih dari sebulan lamanya, dan sudah ratusan orang ditangkap dengan berbagai alasan.
Namun Kamis kemarin adalah pertama kalinya Zionis menangkapi kaum perempuan

Sabtu, 06 Agustus 2011

Relawan Kemanusiaan dari Italia Diculik, Dibunuh di Gaza

Mayat Vittorio Arrigoni, seorang relawan kemanusiaan Italia yang sudah 10 tahun terakhir bekerja di Palestina menolong para warga yang menjadi korban kejahatan Zionis, ditemukan tadi pagi waktu Gaza sesudah dinyatakan hilang kemarin, Kamis 14 April.
Berbagai media dan sumber informasi setempat termasuk International Solidarity Movement (ISM) in Gaza, tempat Vittorio bekerja selama beberapa tahun terakhir ini, menyatakan bahwa Vittorio diculik dan dibunuh oleh faksi-faksi pejuang Palestina yang tidak sejalan dengan pemerintahan Hamas.
Kementerian dalam negeri Hamas di Gaza menyatakan, sejak pecahnya kabar penculikan tersebut, pihak keamanan sudah bergerak cepat melakukan penyidikan dan berhasil menangkap “salah seorang penjahat” yang mengakui ikut terlibat dalam penculikan Vittorio.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari “si penjahat” yang tidak disebutkan identitasnya itu, polisi bergerak lagi namun hanya menemukan jenazah Vittorio.
Pemeriksaan forensik menunjukkan, Vittorio sudah tewas beberapa jam sebelum mayatnya ditemukan dalam keadaan tergantung.
“Pemerintahan Palestina menyatakan belasungkawa sedalam-dalamnya…kami berdukacita karena kehilangan seorang yang demikian mulia, yang telah dengan teguhnya berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Palestina, menghadapi semua kesulitan yang terjadi di Jalur Gaza yang terblokade ini, serta menghadapi kekerasan dari pihak Zionis,” demikian pernyataan pemerintahan Hamas.
Vittorio Agorrini, 36 tahun, termasuk dalam sekelompok kecil relawan kemanusiaan internasional yang bertahan di Gaza di tengah gempuran bom dan roket Zionis dalam Operation Cast Lead pada pergantian tahun 2008-2009, demi menolong warga Gaza yang menderita.
Dia masuk ke Gaza bersama kapal pertama dari Free Gaza Movement yang berhasil menembus blokade Zionis pada 2008, bersama dengan relawan terkenal lainnya, Ken O’Keefe.
Bantahan
Ketika penculikan baru terjadi, sebagian media setempat menyatakan bahwa kelompok Ansar Al-Sunnah berada di baliknya dan bahwa mereka menuntut Hamas membebaskan seorang kawan mereka, Abu Al-Walid Al-Maqdisi, dalam 30 jam, sejak pukul 11 pagi tadi waktu setempat.
Sebuah video yang kabarnya mereka upload ke Youtube memperlihatkan Vittorio dalam keadaan ditutup matanya dan babak belur.
Namun beberapa saat lalu, kelompok yang sama membantah kabar itu dan menyatakan, mereka sama sekali tidak ada kaitannya dengan pembunuhan Vittorio.
Yang Untung: Zionis
Sementara itu, Ken O’Keefe segera bereaksi dan menyatakan, “Siapa yang untung? Ini pertanyaan yang harus pertama kita lontarkan kalau terjadi peristiwa seperti penculikan Vik Arrigoni ini. Jawabnya: ‘Israel’. Tidak ada yang lebih diuntungkan daripada ‘Israel.”
“Jadi siapa pun mereka, apakah Muslim palsu atau agen-agen ‘Israel’, maka siapa pun yang membunuh Vik berarti telah menguntungkan ‘Israel’,” ujar O’Keefe, sebagaimana dikutip oleh Salem-News.com.

Bocah Cantik Meninggal Sesudah Patah Hati karena Dicegah Zionis Memeluk Ayah di Penjara

Abeer Eskafi, seorang gadis cilik
Palestina berusia 10 tahun jatuh sakit, koma dan akhirnya meninggal sesudah para serdadu Zionis mencegahnya memeluk ayahnya, Yousouf, yang di penjarakan empat kali (!) seumur hidup.
Sebagaimana diberitakan Occupied Palestine, baru-baru ini Abeer diajak ibunya menengok ayahnya di penjara.
Biasanya, Abeer akan diizinkan bertemu langsung dan memeluk ayahnya selama dua menit.
Namun kali ini, para serdadu dan petugas penjara Zionis itu menganggap dia sudah “terlalu besar” untuk dibawa masuk ke dalam ruang pertemuan dengan ayahnya.
Abeer hanya bisa mengetuk-ngetuk dinding kaca yang memisahkannya dengan ayahnya.
Sang ayah menjawab dengan mengetuk-ngetuk dinding kaca pula.
Abeer demikian terpukul sehingga setibanya di rumah, dia mulai menangis histeris, memanggil-manggil terus nama ayahnya, dan mengetuk-ngetuk berbagai perabotan tanpa henti sampai tangan kanannya melemah.
Abeer juga tak mau makan atau minum dan kondisinya kemudian begitu melemah sehingga akhirnya koma di Rumah Sakit Princess Alia di Al-Khalil (Hebron).
Menurut para dokter, kondisi Abeer demikian lemahnya sehingga justru akan membahayakan jiwanya bila dibawa berobat ke luar negeri, sementara fasilitas kedokteran di Palestina jelas tidak memadai.
Abeer anak tertua dari tiga anak perempuan; adik-adiknya bernama Falastine dan Tahreer (‘kebebasan’).
Menurut para dokter, penyakit Abeer lebih bersifat psikologis. Dua hari yang lalu, Abeer dikabarkan meninggal dunia. Begitu mendengar kabar ini, Yousouf terkena serangan jantung dan harus dioperasi.
Abang Abeer yang bernama Ahmad ditembak mati oleh serdadu Zionis, saat baru berusia 15 tahun, pada 2007.

Begini Cara Zionis Menyiksa Warga Gaza: Racuni Air Minum, Hancurkan Instalasi

Penjajah Zionis sengaja membangun 26 buah sumur sangat dalam di sepanjang perbatasan Gaza dengan Tepi Barat yang Dijajah untuk menghambat mengalirnya air tanah bagi 1,5 juta warga Gaza.
WAFA mengutip laporan Al-Mezan Center for Human Rights betapa penjajahan Zionis atas Palestina dan blokade atas Gaza menyebabkan bukan saja berkurangnya akses warga Palestina atas sumber air bersih tapi juga menurunnya kualitas air yang tersedia.
Sebanyak 95 persen dari sedikit saja sumber air yang tersedia sudah terkontaminasi dan kualitasnya jauh di bawah standar kesehatan WHO.
Menurut Al-Mezan, penjajah Zionis sengaja membangun 26 sumur sangat dalam di sepanjang perbatasan Gaza sehingga volume air yang bisa masuk ke Gaza semakin berkurang.
Sebagaimana pernah diberitakan pula oleh Sahabatalaqsha.com, dalam berbagai penyerangan termasuk pada Operation Scorching Summer yang membunuh 21 warga Gaza pada April lalu, Zionis sengaja mentarget dan menghancurkan instalasi-instalasi air minum dan irigasi serta saluran-saluran air di Jalur Gaza.
Lebih dari 80 persen air yang tersedia pun sudah terkontaminasi nitrat dengan kadar 8 kali lebih tinggi daripada kadar yang dianggap aman oleh WHO, sehingga anak-anak Gaza yang mengonsumsi air tersebut terancam berbagai penyakit.

Perempuan Palestina Ditelanjangi, Digeledah, Dihinakan di Penjara Zionis

Empat perempuan Palestina yang ditawan di penjara Zionis HaSharon ditelanjangi dan dihinakan dalam sebuah penggeledahan.
PIC mengutip pernyataan Ahrar Prisoner Studies Center kemarin dari Tepi Barat bahwa 10 perempuan petugas penjara dan lima lelaki petugas penjara yang melakukan penggeledahan bersama sejumlah intel dan direktur Ruang 2 – tempat keempat perempuan Palestina itu ditawan.
Penggeledahan dilakukan untuk mencari sebuah handphone yang kabarnya diselundupkan ke dalam penjara oleh salah seorang perempuan itu.
Keempat perempuan itu dipisahkan, lalu ditelanjangi dengan cara yang sangat merendahkan dan “bertentangan dengan etika dan moral.”
Sesudah ditelanjangi dan digeledah, keempat perempuan itu hanya diizinkan menutup aurat mereka dengan mukena, lalu dibawa ke “ruang hukuman” sementara sel mereka digeledah.
Penggeledahan berlangsung selama enam jam. Sementara itu, keempat wanita itu tidak diizinkan shalat, makan, minum atau ke kamar kecil.
Nama keempat wanita itu dirahasiakan karena alasan keamanan, demikian pernyataan ketua Ahrar Center Fuad Al-Khuffash.

Jumat, 05 Agustus 2011

Dibunuh Hidup-hidup Sebelum Lahir


Seorang ibu di kota Al-Khalil alias Hebron mengalami keguguran pada Subuh hari Sabtu yang lalu setelah sebuah granat gas air mata dilemparkan ke dalam rumahnya.
Menurut warga sekitar yang diwawancarai PIC, serdadu-serdadu Zionis melakukan serangan pagi itu dan tanpa alasan yang jelas melemparkan secara acak granat-granat gas air mata ke berbagai arah, dan salah satu diantaranya dilempar ke dalam rumah ibu tadi.
Dikabarkan bahwa ibu itu mengalami keguguran sesudah sesak nafas akibat gas air mata dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tidak dijelaskan mengenai berapa bulan usia bayi dalam kandungan sang Ibu