Mayat Vittorio Arrigoni, seorang relawan kemanusiaan Italia yang
sudah 10 tahun terakhir bekerja di Palestina menolong para warga yang
menjadi korban kejahatan Zionis, ditemukan tadi pagi waktu Gaza sesudah
dinyatakan hilang kemarin, Kamis 14 April.
Berbagai media dan sumber informasi setempat termasuk International Solidarity Movement (ISM) in Gaza, tempat Vittorio bekerja selama beberapa tahun terakhir ini, menyatakan bahwa Vittorio diculik dan dibunuh oleh faksi-faksi pejuang Palestina yang tidak sejalan dengan pemerintahan Hamas.
Kementerian dalam negeri Hamas di Gaza menyatakan, sejak pecahnya kabar penculikan tersebut, pihak keamanan sudah bergerak cepat melakukan penyidikan dan berhasil menangkap “salah seorang penjahat” yang mengakui ikut terlibat dalam penculikan Vittorio.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari “si penjahat” yang tidak disebutkan identitasnya itu, polisi bergerak lagi namun hanya menemukan jenazah Vittorio.
Pemeriksaan forensik menunjukkan, Vittorio sudah tewas beberapa jam sebelum mayatnya ditemukan dalam keadaan tergantung.
“Pemerintahan Palestina menyatakan belasungkawa sedalam-dalamnya…kami berdukacita karena kehilangan seorang yang demikian mulia, yang telah dengan teguhnya berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Palestina, menghadapi semua kesulitan yang terjadi di Jalur Gaza yang terblokade ini, serta menghadapi kekerasan dari pihak Zionis,” demikian pernyataan pemerintahan Hamas.
Vittorio Agorrini, 36 tahun, termasuk dalam sekelompok kecil relawan kemanusiaan internasional yang bertahan di Gaza di tengah gempuran bom dan roket Zionis dalam Operation Cast Lead pada pergantian tahun 2008-2009, demi menolong warga Gaza yang menderita.
Dia masuk ke Gaza bersama kapal pertama dari Free Gaza Movement yang berhasil menembus blokade Zionis pada 2008, bersama dengan relawan terkenal lainnya, Ken O’Keefe.
Bantahan
Ketika penculikan baru terjadi, sebagian media setempat menyatakan bahwa kelompok Ansar Al-Sunnah berada di baliknya dan bahwa mereka menuntut Hamas membebaskan seorang kawan mereka, Abu Al-Walid Al-Maqdisi, dalam 30 jam, sejak pukul 11 pagi tadi waktu setempat.
Sebuah video yang kabarnya mereka upload ke Youtube memperlihatkan Vittorio dalam keadaan ditutup matanya dan babak belur.
Namun beberapa saat lalu, kelompok yang sama membantah kabar itu dan menyatakan, mereka sama sekali tidak ada kaitannya dengan pembunuhan Vittorio.
Yang Untung: Zionis
Sementara itu, Ken O’Keefe segera bereaksi dan menyatakan, “Siapa yang untung? Ini pertanyaan yang harus pertama kita lontarkan kalau terjadi peristiwa seperti penculikan Vik Arrigoni ini. Jawabnya: ‘Israel’. Tidak ada yang lebih diuntungkan daripada ‘Israel.”
“Jadi siapa pun mereka, apakah Muslim palsu atau agen-agen ‘Israel’, maka siapa pun yang membunuh Vik berarti telah menguntungkan ‘Israel’,” ujar O’Keefe, sebagaimana dikutip oleh Salem-News.com.
Berbagai media dan sumber informasi setempat termasuk International Solidarity Movement (ISM) in Gaza, tempat Vittorio bekerja selama beberapa tahun terakhir ini, menyatakan bahwa Vittorio diculik dan dibunuh oleh faksi-faksi pejuang Palestina yang tidak sejalan dengan pemerintahan Hamas.
Kementerian dalam negeri Hamas di Gaza menyatakan, sejak pecahnya kabar penculikan tersebut, pihak keamanan sudah bergerak cepat melakukan penyidikan dan berhasil menangkap “salah seorang penjahat” yang mengakui ikut terlibat dalam penculikan Vittorio.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari “si penjahat” yang tidak disebutkan identitasnya itu, polisi bergerak lagi namun hanya menemukan jenazah Vittorio.
Pemeriksaan forensik menunjukkan, Vittorio sudah tewas beberapa jam sebelum mayatnya ditemukan dalam keadaan tergantung.
“Pemerintahan Palestina menyatakan belasungkawa sedalam-dalamnya…kami berdukacita karena kehilangan seorang yang demikian mulia, yang telah dengan teguhnya berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Palestina, menghadapi semua kesulitan yang terjadi di Jalur Gaza yang terblokade ini, serta menghadapi kekerasan dari pihak Zionis,” demikian pernyataan pemerintahan Hamas.
Vittorio Agorrini, 36 tahun, termasuk dalam sekelompok kecil relawan kemanusiaan internasional yang bertahan di Gaza di tengah gempuran bom dan roket Zionis dalam Operation Cast Lead pada pergantian tahun 2008-2009, demi menolong warga Gaza yang menderita.
Dia masuk ke Gaza bersama kapal pertama dari Free Gaza Movement yang berhasil menembus blokade Zionis pada 2008, bersama dengan relawan terkenal lainnya, Ken O’Keefe.
Bantahan
Ketika penculikan baru terjadi, sebagian media setempat menyatakan bahwa kelompok Ansar Al-Sunnah berada di baliknya dan bahwa mereka menuntut Hamas membebaskan seorang kawan mereka, Abu Al-Walid Al-Maqdisi, dalam 30 jam, sejak pukul 11 pagi tadi waktu setempat.
Sebuah video yang kabarnya mereka upload ke Youtube memperlihatkan Vittorio dalam keadaan ditutup matanya dan babak belur.
Namun beberapa saat lalu, kelompok yang sama membantah kabar itu dan menyatakan, mereka sama sekali tidak ada kaitannya dengan pembunuhan Vittorio.
Yang Untung: Zionis
Sementara itu, Ken O’Keefe segera bereaksi dan menyatakan, “Siapa yang untung? Ini pertanyaan yang harus pertama kita lontarkan kalau terjadi peristiwa seperti penculikan Vik Arrigoni ini. Jawabnya: ‘Israel’. Tidak ada yang lebih diuntungkan daripada ‘Israel.”
“Jadi siapa pun mereka, apakah Muslim palsu atau agen-agen ‘Israel’, maka siapa pun yang membunuh Vik berarti telah menguntungkan ‘Israel’,” ujar O’Keefe, sebagaimana dikutip oleh Salem-News.com.
0 komentar:
Posting Komentar