Senin, 22 Agustus 2011

Memupuk mental sebagai mujahidah


Membela islam adalah kewajiban yang juga di pikulkan ke pundak muslimah. Apa yang harus di lakukan muslimah di medan jihad? Bagaimana pula peranannya ketika tinggal di negri yang aman?

Bagi Muslimah yang berada di medan jihad, banyak yang bisa dilakukan. Jika ia seorang muslimah yang masing single, peran di medan jihad bisa lebih luas, ia bisa menjadi tentara, jika kalangan laki-laki sudah tak memadai untuk membela islam. Selain itu juga sebagai tenaga medis untuk menyelamatkan korban yang berjatuhan,. Atau bisa juga membantu di bagian logistic, membantu memasak untuk korban perang, memasak minuman dll

Lantas bagi musimah yang peranannya sebagai seorang ibu, menyelamatkan anak-anak adalah hal utama, itu naluriah, wajar. Itu juga bagian dari tugas suci. Anak-anak adalah generasi penerus perjuangan yang wajib d ilindungi. Jika berhasil dari kubangan konflik, maka tugas ibu untuk mendidik generasi mujahid bisa terus dilakukan. Seorang mujahid akan terus lahir dari tangan mujahidah.

Untuk itu tugas ibu selanjutnya adalah membekali anak-anak dengan pemahaman akan jihad sejak dini anak-anak harus di siapkan mentalnya bagaimana jika mereka tiba-tiba kehilangan ayah atau ibunya. Anak-anak harus dididik mandiri seja kecil, di ajarkan tanggung jawab agar ia siap memikul beban syariah dari Allaah ‘azza wa jalla begitu baigh.
Lebih dari itu muslimah dimanapun berada harus siap memiliki mental mujahidah, bahkan mentalnya jauh harus lebih kuat dibandingkan mujahid. Bayangkan serang muslimah memiliki resiko terbesar untuk kehilangan orang-orang terkasihnya.

Resiko pertama, ia bisa kehilangan ayahnya, suaminya dan anak lelaki dewasanya yang sudah barang tentu para mujahid. Resiko selanjutnya, ia bisa kehilangan anak-anaknya yang masih balita di medan konflik. Dan terakhir, resiko kehilangan nyawanya sendiri.
Jadi mental utama yang harus di tanamkan adalah
Siap kehilangan segalanya, tak hanya harta benda, rumah, benda kesayangan, namun juga orang-orang yang dicintai. Siap kehilangan orangtua, suami, calon suami, saudara kandung atau anak-anak.
Siap kehilangan ini harus terhujam kuat di dalam dada. Harus diingat bahwa segala yang dimiliki di dunia ini hakikatnya titipan dari Allaah ‘azza wa jalla yang sewaktu-waktu diambil. Muslimah harus siap jangan sampai penyakit dunia merasuk dalam hati.

Ingatlah, firman Allaah ‘azza wa jalla; katakanlah, “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kleuargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan keruiannya, dan rumah-rumah tepat tinggal yang kamu cintai dari pada Allaah dan Rasulnya serta jihad di jalannya, maka tunggulan sampai Allaah mendatangkan keputusannya” dan Allaah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At Taubah ;24)

Saat ini kecintaan terhadap keduniaan begitu besarnya mengalahkan kecintaan kepada Allaah ‘azza wa jalla, maka mulailah menambah kecintaan kepada Allaah ‘azza wa jalla. Misalnya, cinta kepada anak-anak bisa jadi sulit untuk dikurangi, maka cinta kepada Allaah lah yang harus ditambah.
Mental selanjutnya adala siap mati. Ya perempuan, hampir selalu jadi korban di medan jihad. Sekalipun tidak berada di garda terdepan, resiko mati adalah suatu keniscayaan.

Maka bekal apakah yang kelak akan di bawa ke hadapan-Nya? Itulah ang harus direnungkan. Hendaknya setiap hari senantiasa memperbaiki amalan. Kelak ketika panggilan jihad itu tiba, tiak ada lagi halangan utuk menyongsong Surga-Nya.

Do’a Umar bin Khatab r.a.
“Yaa Allaah berilah aku mati syahid di jalanmu dan jadikanlah saat kematian di negri RasulMu”


Aku Wanita Mujahidah Sejati…
Yang tercipta dari tulang rusuk lelaki yang berjihad..
Bilakah khan datang seorang peminang menghampiriku mengajak tuk berjihad..

Kelak ku akan pergi mendampinginya di bumi Jihad..
Aku selalu siap dengan semua syarat yang diajukannya..
cinta Allah, Rasul dan Jihad Fisabilillah
Aku rela berkelana mengembara dengannya lindungi Dienullah
Ikhlas menyebarkan dakwah ke penjuru bumi Allah
Tak mungkin ku pilih dirimu.. .bila dunia lebih kau damba…
Terlupa kampung halaman, sanak saudara bahkan harta yang terpendam..
Hidup terasing apa adanya.. asalkan di akhirat bahagia…
Bila aku setuju dan kaupun tidak meragukanku…

Bulat tekadku untuk menemanimu…
Aku Wanita mujahidah pilihan…
Yang mengalir di nadiku darah lelaki yang berjihad…
Bilakah khan datang menghampiriku seorang peminang yang penuh ketawadhu`an…

Kelak bersamanya kuarungi bahtera lautan jihad…
Andai tak siap bisa kau pilih…
Agar kelak batin, jiwa dan ragamu tak terusik,
terbebani dengan segala kemanjaanku, kegundahanku, kegelisahanku…
terlebih keluh kesahku…
Tak mungkin aku memilihmu…
bila yang fana lebih kau cinta…
Lupa akan kemilau dunia dan remangnya lampu kota…
lezatnya makanan dan lajunya makar durjana…
Sebab meninggalkan dakwah karena lebih mencintaimu…
dan menanggalkan pakaian taqwaku karena laranganmu…
Meniti jalan panjang di medan jihad…
Yang ada hanya darah dan airmata tertumpah…
serta debu yang beterbangan,
keringat luka dan kesyahidan pun terulang…
Jika masih ada ragu tertancap dihatimu…
Teguhkan `azzam`ku tuk lupa akan dirimu…
Aku wanita dari bumi Jihad…
Dengan sekeranjang semangat berangkat ke padang jihad…
Persiapkan bekal diri menanti pendamping hati, pelepas lelah serta kejenuhan…

tepiskan semua mimpi yang tak berarti…
Adakah yang siap mendamaikan Hati ??
Karena tak mungkin kulanjutkan perjalanan ini sendiri…
tanpa peneguh langkah kaki.. pendamping perjuangan…
Yang melepasku dengan selaksa do`a…
meraih syahid… tujuan utama…

Robbi… terdengar panggilanMu tuk meniti jalan ridhoMu…
Kuharapkan penolong dari hambaMu… menemani perjalanan ini…

0 komentar:

Posting Komentar