Penjajah ‘Zionis’ dikabarkan tengah bersiap membangun sebuah pulau
buatan di lepas pantai Gaza, lengkap dengan pelabuhan dan bandar udara,
untuk memperlancar lalulintas barang ke kawasan itu tanpa harus
berhadapan dengan Hamas.
MSNBC dan Reuters melaporkan kemarin, Kamis 31 Maret, dari Al-Quds (Yerusalem), menteri transportasi Zionis Yisrael Katz menyatakan kepada Army Radio Rabu kemarin, pulau buatan itu juga ditujukan untuk “meningkatkan pariwisata.”
Katz juga menyatakan, pulau itu harus berada dalam pengawasan internasional selama “sedikitnya 100 tahun” sementara barang-barang kargo dibawa ke dalam Gaza melalui jembatan yang akan dibangun sepanjang sekitar 5 km dengan berbagai pos pemeriksaan militer demi “mencegah penyelundupan senjata.”
Dengan cara ini, kata Katz, “Angkatan bersenjata ‘Israel’ akan bisa melanjutkan blokadenya, hanya dengan cara lebih terlokalisir.”
Pulau buatan itu juga akan dilengkapi hotel-hotel, kawasan turis dan sebuah marina tempat sandar kapal-kapal pesiar, demikian Katz.
Katz sudah menawarkan proyek itu kepada ‘Perdana Menteri’ Benjamin Netanyahu, yang kemudian mengeluarkan instruksi agar Katz menyiapkan rencana yang “sudah diteliti para pakar selama berbulan-bulan.”
Katz menyatakan yakin, Netanyahu akan menyetujui rencananya, dan bahwa berbagai pihak di Eropa maupun Amerika serta banyak lagi pihak swasta yang akan tertarik untuk ambil bagian.
Jurubicara Otoritas Palestina di Tepi Barat mencerca gagasan proyek pulau buatan itu. “Khayalan saja itu,” kata si jurubicara. “Ini hanya akal-akalan untuk mengalihkan perhatian (dunia) dari masalah yang sesungguhnya di Gaza yang timbul karena blokade ‘Israel’.”
Jurubicara Hamas menyebut proyek itu tak lebih dari usaha “menginternasionalisasikan blokade Zionis atas Gaza.”
Bahkan para aktivis lingkungan pun mencela gagasan pulau buatan itu karena akan menimbulkan kerusakan alam di tanah yang sudah bertahun-tahun dijajah itu.
Karena ‘alasan keamanan’, penjajah Zionis tidak mengijinkan beroperasinya bandar laut atau udara di kawasan itu.
‘Pulau ini pada akhirnya akan menyediakan jasa pelabuhan dan bahkan bandar udara bagi warga Palestina,” kata Katz.
Katz menambahkan bahwa akan ada juga proyek desalinasi dan pembangunan pembangkit listrik serta hotel yang akan melibatkan pula pihak Otoritas Palestina.
“Sudah banyak pihak swasta yang tertarik menanamkan modal miliaran dollar di proyek ini dan mendapat keuntungan besar,” ujarnya.
MSNBC dan Reuters melaporkan kemarin, Kamis 31 Maret, dari Al-Quds (Yerusalem), menteri transportasi Zionis Yisrael Katz menyatakan kepada Army Radio Rabu kemarin, pulau buatan itu juga ditujukan untuk “meningkatkan pariwisata.”
Katz juga menyatakan, pulau itu harus berada dalam pengawasan internasional selama “sedikitnya 100 tahun” sementara barang-barang kargo dibawa ke dalam Gaza melalui jembatan yang akan dibangun sepanjang sekitar 5 km dengan berbagai pos pemeriksaan militer demi “mencegah penyelundupan senjata.”
Dengan cara ini, kata Katz, “Angkatan bersenjata ‘Israel’ akan bisa melanjutkan blokadenya, hanya dengan cara lebih terlokalisir.”
Pulau buatan itu juga akan dilengkapi hotel-hotel, kawasan turis dan sebuah marina tempat sandar kapal-kapal pesiar, demikian Katz.
Katz sudah menawarkan proyek itu kepada ‘Perdana Menteri’ Benjamin Netanyahu, yang kemudian mengeluarkan instruksi agar Katz menyiapkan rencana yang “sudah diteliti para pakar selama berbulan-bulan.”
Katz menyatakan yakin, Netanyahu akan menyetujui rencananya, dan bahwa berbagai pihak di Eropa maupun Amerika serta banyak lagi pihak swasta yang akan tertarik untuk ambil bagian.
Jurubicara Otoritas Palestina di Tepi Barat mencerca gagasan proyek pulau buatan itu. “Khayalan saja itu,” kata si jurubicara. “Ini hanya akal-akalan untuk mengalihkan perhatian (dunia) dari masalah yang sesungguhnya di Gaza yang timbul karena blokade ‘Israel’.”
Jurubicara Hamas menyebut proyek itu tak lebih dari usaha “menginternasionalisasikan blokade Zionis atas Gaza.”
Bahkan para aktivis lingkungan pun mencela gagasan pulau buatan itu karena akan menimbulkan kerusakan alam di tanah yang sudah bertahun-tahun dijajah itu.
Karena ‘alasan keamanan’, penjajah Zionis tidak mengijinkan beroperasinya bandar laut atau udara di kawasan itu.
‘Pulau ini pada akhirnya akan menyediakan jasa pelabuhan dan bahkan bandar udara bagi warga Palestina,” kata Katz.
Katz menambahkan bahwa akan ada juga proyek desalinasi dan pembangunan pembangkit listrik serta hotel yang akan melibatkan pula pihak Otoritas Palestina.
“Sudah banyak pihak swasta yang tertarik menanamkan modal miliaran dollar di proyek ini dan mendapat keuntungan besar,” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar