Asy Syahid Sheikh Abdullah Yusuf Azzam
Segala puji milik Allah, Sang Maharaja alam semesta. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada pemimpin para Nabi dan Rasul, Panglima para Pejuang di jalan Allah, Muhammad saw, beserta seluruh keluarga beliau, para shahabah, dan seluruh pengikut yang bersetia, yang menepati sunnahnya, dan menapaki jalannya, dan menunaikan Jihad fi Sabilillah, hingga Hari Pengadilan kelak.
Sesungguhnya sebuah bangsa hanya dapat hidup berdasarkan iman yang benar dan sistem hidup yang teguh, dan mereka binasa manakala telah dikuasai nafsu dan ambisi dunia semata. Sejauh mana aqidah yang baik dan keimanan yang benar itu tertanam dalam sebuah bangsa, sejauh itu pula bangsa tersebut dapat mengokohkan akarnya jauh ke dalam bumi, dan dahan serta rantingnya dapat tumbuh melebar serta menjulang, rimbun dengan daun, bunga dan bebuahan, sehingga seluruh manusia dapat menggapai ketenangan di bawah nauangan keteduhannya, berlindung dari segala persoalan hidupnya, mencari kebercukupan, dan mendamaikan hatinya dari gemuruh api kebencian, dengki, serta persaingan ambisi demi menggapai sesuatu yang remeh atau kesenangan yang sekejap. Sebagaimana Ummah Islam, eksistensinya akan tetap dapat berlangsung dalam sejarah kemanusiaan, hanya jika ia teguh menepati aqidah/ideologi luhurnya, dan disuburkan dengan simbahan darah yang mengalir sebagai konsekuensi dari menyebarkan aqidah kebenaran ini serta meneguhkannya dalam kehidupan nyata.
Hidupnya Ummah Islam sesungguhnya bergantung kepada tinta para ulama dan darah para syuhada. Adakah lagi yang begitu agung dalam tulisan sejarah Ummah ini yang ditoreh dengan tinta para ulama sekaligus beserta darahnya, sehingga sejarah Ummah Islam adalah nuansa dari dua warna: yang pertama adalah hitam, yaitu apa-apa yang telah ditorehkan para ulama dengan penanya; sedangkan yang lain adalah merah, yaitu apa-apa yang telah ditoreh para syuhada dengan darahnya. Dan sungguh segalanya menjadi sedemikian indah manakala darah dan pena itu menjadi satu jua, sehingga tangan sang ulama yang menebarkan tinta dan menggerakkan pena, adalah tangan yang sama dari sang syuhada yang menebarkan darahnya dan menggerakkan Ummah. Sejauh mana jumlah para ulama mempersembahkan diri mereka menjadi syuhada, sejauh itu pula bangsa dan Ummah bergerak bangkit dari keterpurukannya, maju dari kemundurannya, sadar dari keterlenaannya.
Sejarah tidaklah ditulis melainkan oleh darah. Kejayaan tidaklah membangun gemilang ketinggiannya melainkan dari susunan tengkorak dan belulang. Kehormatan dan harga diri hanya bisa diraih dengan mempersembahkan kurban jiwa dan raga. Empirium, orang-orang pilihan, negara, dan masyarakat terbaik tak akan bisa berdiri melainkan dengan keteladanan nyata. Sesungguhnya mereka yang mengira bahwa Islam bisa tegak, kenyataan dapat berubah, masyarakat dapat bergerak, tanpa simbahan darah, pengorbanan dan serpihan daging, tanpa persembahan jiwa-jiwa yang suci, sesungguhnya mereka belum mengerti hakikat dari Dien ini, dan mereka belum mengetahui tabiat jalan yang telah ditempuh oleh sebaik-baik Rasul dari barisan para Rasul (shalawat dan salam atasnya).
Mereka yang telah membina bangunan Ummah ini, jumlah mereka ternyata sedikit. Kadangkala Ummah dapat dibangun melalui teguh dan bangkitnya seseorang saja, yang dengan perantaraan orang itu Allah menyelamatkan Dien ini, seperti Abu Bakr ra yang teguh berdiri untuk memerangi orang-orang pembangkang, atau ketika Imam Ahmad bin Hanbal teguh berdiri menghadapi mereka yang mengklaim bahwa Al Qur’an adalah makhluk, sementara seluruh dunia diam membisu. Sehinggah melalui perantaraannya Allah menyelamatkan Ummah ini.
Mereka adalah sekelompok kecil orang: yaitu mereka yang teguh keyakinannya dan memiliki elans cita-cita yang tinggi. Bahkan yang lebih pilihan lagi dari kelompok kecil ini, yaitu mereka yang bersegera meninggalkan seluruh hiruk pikuk dunia ini dan berjuang menebarkan nilai-nilai kebenaran serta bertindak atas dasar keyakinan dan elans cita-citanya tersebut. Bahkan yang lebih elite lagi dari kalangan terpilih ini, yaitu mereka yang mengorbankan darah dan jiwanya demi kejayaan aqidah dan cita-citanya tersebut. Jadi mereka adalah orang-orang terbaik, dari golongan elite terpilih, dari antara kalangan teristimewa. Tidaklah mungkin kejayaan akan dapat dicapai melainkan harus menapaki jalan ini. Tidaklah mungkin sendi-sendi Dien ini dapat ditegakkan, panji-panjinya dapat berkibar gemilang, atau kendaraannya dapat diluncurkan, melainkan harus menempuh jalan ini. Jalan ini hanya satu. Dan sesungguhnya, tidak mungkin mencapai Surga jika tidak melalui jalan ini:
“Apakah engkau mengira dapat masuk Surga, sebelum Allah membuktikan di antaramu siapa yang telah berjuang di jalanNya dan siapa yang teguh bersabar?” (Quran 3:142)
Demikianlah para pendiri Ummah dan arsitek kegemilangan itu tidak banyak jumlahnya. Demikian juga jika seseorang ingin membangun kegemilangan sejati, maka ia harus mempersiapkan harga yang layak demi kejayaan itu, yaitu pengorbanan peluh dan darah, dan juga pengorbanan darah dari keluarganya, orang-orang yang ia cintai, serta orang-orang yang ada di sekelilingnya, hingga Allah telah memandang sepadan seluruh pengorbanannya itu. Dan kejayaan sejati itu tidak akan dapat dicapai, melainkan harus menempuh Jalan ini: Jalan Jihad yang penuh berkah.
Jihad di bumi Afghanistan dibina fondasinya oleh sekelompok kecil orang: 14 orang pemuda dari Gerakan Islam Taqwa dalam Universitas Kabul. Solidifikasi dari fondasi ini kemudian sampai pada kesimpulan yang final, bahwa tidak ada jalan lain selain melancarkan Jihad untuk menghadapi sang penguasa tiran, Daud At Taraqi, yang telah memutuskan untuk menumpas putra-putra gerakan Islam. Hingga kemudian para pemuda ini tiba di Peshawar, sekitar 30 orang, dan mereka kemudian bertekad untuk kembali ke Afghanistan dan memulai mengobarkan Jihad di sana.
Jihad pada awalnya dimulai seperti sepercik bara api, hingga kemudian Allah mentaqdirkan untuk memicu kobarannya bersama orang-orang yang diberkati ini dan meledakkannya, bersama dengan Jihad tersebut Allah memberkati bumi Afghanistan dan seluruh bumi Islam lainnya hingga segala keberkahan Jihad tersebut menyebar ke seluruh dunia. Beberapa orang berpendapat bahwa bumi ini telah sedemikian hancurnya dan Ummah ini telah sedemikian sekaratnya. Bumi dan Ummah ini haus akan siraman darah syuhada untuk menghidupkannya kembali. Karena itu Allah kemudian mengobarkan Jihad di atas bumi Afghanistan dan sekelompok pemuda dari dunia Islam berbaris menuju Afghanistan untuk menyertai Jihad dan berusaha menggapai syahid.
Dan sungguh sekelompok pemuda Arab ini, yang jumlahnya tidak lebih dari ratusan orang, merubah arus pertempuran, dari pertempuran Ummah Islam sebatas satu negeri, menjadi gelombang gerakan Jihad Islam semesta, di mana kemudian berbagai bangsa berpartisipasi, berbagai warna kulit, bahasa, dan budaya saling membahu dalam kancah Jihad; memang sesungguhnya mereka adalah satu, kiblat mereka satu, barisan mereka satu, dan tujuan mereka satu: yaitu supaya hanya kalimat Allah tinggi berkibar dan Dien ini berjaya di atas bumi.
Dan sungguh keterlibatan Muslim dari berbagai bangsa dalam medan Jihad tersebut, telah menyadarkan mereka yang terlena dan mengagumkan mereka yang lalai. Kemudian ia menggetarkan kekuatan opresor (penindas), di mana para musuh Islam menyaksikan arena pertempuran dan mulai menghitung loncengnya. Keterlibatan orang-orang bukan bangsa Afghan dalam kancah pertempuran telah menjadi dentang lonceng peringatan bagi mereka, dan membuat mereka begitu gentar, karena bangkitnya sekelompok orang dari berbagai bangsa dan saling bahu membahu dalam kancah Jihad ini telah membawa para musuh Islam itu ke tepi jurang keputusasaan, hingga kemudian rasa putus asa ini menyebar pekat dalam hati mereka, di mana mereka menyadari bahwa saat kehancuran mereka sudah dekat.
Lebih jauh, para musuh Islam kemudian semakin sadar akan potensi resiko dari dikuburkannya para sukarelawan pejuang antar bangsa ini di bumi Afghanistan, seakan jasad para syahid yang dikuburkan itu menegaskan kepada seluruh dunia, bahwa Dien ini membutuhkan jutaan lagi pengorbanan seperti ini untuk merubah kondisi keterpurukannya, dan pengorbanan seperti ini pasti dicapai oleh setiap pejuang, di sini di tempat peristirahatannya yang terakhir, dan peluru yang menembus tubuhnya merupakan stempel kehormatan dari Dien ini, tanda perlawanan tak pernah padam dari Ummah Islam, dan Izzah (harga diri) sejati kaum Mukminin.
Beberapa intelektual modernis yang tertipu menyangka bahwa segala pengorbanan yang telah dipersembahkan di Jalan ini tidak berguna dan sia-sia. Sesungguhnya, mereka seharusnya sadar bahwa tiap tetes darah syuhada itu begitu agung di hadapan Allah Ar Rahman. Cukuplah kita mengingat satu hadits (di antara sekian banyak hadits yang membicarakan hal ini), diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi, shahih, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya para syuhada diberikan tujuh karunia oleh Allah: seluruh dosanya akan diampuni di saat pertama darahnya memancar tumpah dari tubuhnya, ia menyaksikan tempatnya di Surga bersamaan dengan darahnya menetes (sesaat sebelum ruhnya berpisah dari raganya), ia akan merasakan manisnya Iman, ia akan dinikahkan dengan 72 Huur Al ‘Ain (bidadari perawan Surga), ia akan dilindungi dari fitnah kubur dan akan diselamatkan dari fitnah besar di hari kiamat, akan disematkan di kepalanya sebuah mahkota kehormatan yang bertahtakan intan permata yang satu butir intannya tersebut lebih berharga dari dunia berikut seluruh isinya, dan ia diberi ijin untuk memberi syafaat kepada 70 orang anggota keluarganya (menyelamatkan mereka dari api neraka dan membawa mereka memasuki surga)”.
Sesungguhnya, tidaklah sejarah Dien ini ditulis, melainkan oleh darah para syuhada, melainkan oleh seri hidup para syuhada, melainkan oleh contoh teladan para syuhada. Bersama para syuhada seperti ini, negara ditegakkan, keyakinan diterapkan dalam kehidupan, dan iman menjadi berjaya. Berdasarkan alasan ini, kami telah membuat kompilasi tentang sepenggal kisah hidup para syuhada: para Syuhada Arab yang telah menyertai Jihad dan syahid di Bumi Jihad Afghanistan, dan mempersembahkan koleksi terpilih ini ke hadapan Anda.
Dan mungkin bagi mereka yang berpikiran sempit dan bersudut pandang picik, dan mereka yang masih terikat dengan ruang dan waktu, akan menganggap bahwa ini adalah sekedar sebuah kisah, sekedar sesuatu yang telah terjadi dan telah selesai. Sang Maut telah mengibarkan jubahnya, dan menelan para syuhada ini dan membawa mereka pergi serta tak kembali lagi. Tak ada hubungannya lagi dengan masa kini apalagi masa depan.
Tetapi, bagi mereka yang perpandangan jauh dan memiliki hati yang tercerahkan, mereka memahami bahwa semua pengorbanan ini adalah batu bata fondasi dan air penyubur bagi generasi yang akan datang, dan peradaban yang jauh yang akan tegak. Seluruh kisah ini, seluruh pengorbanan ini, seluruh contoh teladan ini, akan sentiasa menjadi tanda-tanda rambu jalan dari keseluruhan perjalanan Dien ini, untuk mereka yang akan datang kemudian dan berniat untuk menapakinya, atau mengikuti tiap bekas jejak langkah dari orang-orang terbaik ini.
“Mereka semua ini adalah orang-orang yang telah mendapat petunjuk dari Allah, maka ikutilah mereka… “ (Quran 6:90)
Sesungguhnya beberapa orang teladan dari para syuhada ini berasal dari lingkungan kaya raya dan sangat makmur berkelimpahan, tetapi mereka berhasil memecahkan belenggu fitnah kemewahan dunia itu, mereka terbang meninggalkan segala kenyamanan tersebut, hidup di gunung-gunung Afghanistan, hingga Allah memberikan mereka anugerah syahid.
Kami memohon kepada Allah agar kita dapat dipersatukan dengan mereka di tempat tertinggi di Surga, bersama para Nabi, para Shidiqqin, para Syuhada , dan para Shalihin. Kami memohon kepada Allah agar Dia memberkati kita dengan syahid di jalanNYa, dan agar Dia menganugerahi kita kebahagiaan sejati. Wahai Engkau Yang Maha Agung!
Wahai kalian, orang-orang yang telah bergelut di medan da’wah, wahai kalian yang telah menetapi ambisi yang agung, janganlah kalian merasa ragu untuk mempersembahkan darah kalian demi Dien ini. Jika kalian benar dan tulus, maka persembahkanlah darah dan jiwa kalian kepada Allah Rabbul ‘alamin yang telah mengamanatkannya kepada kalian dan kemudian membelinya dari kalian:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman jiwa dan hartanya dengan Surga. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh…” (Quran 9:111)
Wahai kalian para pemuda, wahai kalian putra-putra Islam! Apa yang dapat mensucikan diri kita dari dosa? Apa yang dapat membersihkan kita dari segala kemaksiatan ini? Apa yang dapat membasuh diri kita dari segala kotoran ini? Segala dosa dan kemaksiatan ini tak dapat disucikan keseluruhannya melainkan oleh darah kesyahidan. Pahamilah, sesungguhnya tidak ada jalan lain melainkan Jalan ini. Jika tidak, maka perhitungan pertanggungjawaban amal akan begitu sulit, Mizan akan menanti, dan Shirath akan membentang, sementara waktu kalian di dunia ini terus habis bergulir. Maka renungilah…
Dan segenap shalawat dan salam tercurah atas Tuan kami, Muhammad saw, dan kepada seluruh keluarga Beliau, dan para Shahabahnya semua.
Segala puji milik Allah, Sang Maharaja alam semesta. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada pemimpin para Nabi dan Rasul, Panglima para Pejuang di jalan Allah, Muhammad saw, beserta seluruh keluarga beliau, para shahabah, dan seluruh pengikut yang bersetia, yang menepati sunnahnya, dan menapaki jalannya, dan menunaikan Jihad fi Sabilillah, hingga Hari Pengadilan kelak.
Sesungguhnya sebuah bangsa hanya dapat hidup berdasarkan iman yang benar dan sistem hidup yang teguh, dan mereka binasa manakala telah dikuasai nafsu dan ambisi dunia semata. Sejauh mana aqidah yang baik dan keimanan yang benar itu tertanam dalam sebuah bangsa, sejauh itu pula bangsa tersebut dapat mengokohkan akarnya jauh ke dalam bumi, dan dahan serta rantingnya dapat tumbuh melebar serta menjulang, rimbun dengan daun, bunga dan bebuahan, sehingga seluruh manusia dapat menggapai ketenangan di bawah nauangan keteduhannya, berlindung dari segala persoalan hidupnya, mencari kebercukupan, dan mendamaikan hatinya dari gemuruh api kebencian, dengki, serta persaingan ambisi demi menggapai sesuatu yang remeh atau kesenangan yang sekejap. Sebagaimana Ummah Islam, eksistensinya akan tetap dapat berlangsung dalam sejarah kemanusiaan, hanya jika ia teguh menepati aqidah/ideologi luhurnya, dan disuburkan dengan simbahan darah yang mengalir sebagai konsekuensi dari menyebarkan aqidah kebenaran ini serta meneguhkannya dalam kehidupan nyata.
Hidupnya Ummah Islam sesungguhnya bergantung kepada tinta para ulama dan darah para syuhada. Adakah lagi yang begitu agung dalam tulisan sejarah Ummah ini yang ditoreh dengan tinta para ulama sekaligus beserta darahnya, sehingga sejarah Ummah Islam adalah nuansa dari dua warna: yang pertama adalah hitam, yaitu apa-apa yang telah ditorehkan para ulama dengan penanya; sedangkan yang lain adalah merah, yaitu apa-apa yang telah ditoreh para syuhada dengan darahnya. Dan sungguh segalanya menjadi sedemikian indah manakala darah dan pena itu menjadi satu jua, sehingga tangan sang ulama yang menebarkan tinta dan menggerakkan pena, adalah tangan yang sama dari sang syuhada yang menebarkan darahnya dan menggerakkan Ummah. Sejauh mana jumlah para ulama mempersembahkan diri mereka menjadi syuhada, sejauh itu pula bangsa dan Ummah bergerak bangkit dari keterpurukannya, maju dari kemundurannya, sadar dari keterlenaannya.
Sejarah tidaklah ditulis melainkan oleh darah. Kejayaan tidaklah membangun gemilang ketinggiannya melainkan dari susunan tengkorak dan belulang. Kehormatan dan harga diri hanya bisa diraih dengan mempersembahkan kurban jiwa dan raga. Empirium, orang-orang pilihan, negara, dan masyarakat terbaik tak akan bisa berdiri melainkan dengan keteladanan nyata. Sesungguhnya mereka yang mengira bahwa Islam bisa tegak, kenyataan dapat berubah, masyarakat dapat bergerak, tanpa simbahan darah, pengorbanan dan serpihan daging, tanpa persembahan jiwa-jiwa yang suci, sesungguhnya mereka belum mengerti hakikat dari Dien ini, dan mereka belum mengetahui tabiat jalan yang telah ditempuh oleh sebaik-baik Rasul dari barisan para Rasul (shalawat dan salam atasnya).
Mereka yang telah membina bangunan Ummah ini, jumlah mereka ternyata sedikit. Kadangkala Ummah dapat dibangun melalui teguh dan bangkitnya seseorang saja, yang dengan perantaraan orang itu Allah menyelamatkan Dien ini, seperti Abu Bakr ra yang teguh berdiri untuk memerangi orang-orang pembangkang, atau ketika Imam Ahmad bin Hanbal teguh berdiri menghadapi mereka yang mengklaim bahwa Al Qur’an adalah makhluk, sementara seluruh dunia diam membisu. Sehinggah melalui perantaraannya Allah menyelamatkan Ummah ini.
Mereka adalah sekelompok kecil orang: yaitu mereka yang teguh keyakinannya dan memiliki elans cita-cita yang tinggi. Bahkan yang lebih pilihan lagi dari kelompok kecil ini, yaitu mereka yang bersegera meninggalkan seluruh hiruk pikuk dunia ini dan berjuang menebarkan nilai-nilai kebenaran serta bertindak atas dasar keyakinan dan elans cita-citanya tersebut. Bahkan yang lebih elite lagi dari kalangan terpilih ini, yaitu mereka yang mengorbankan darah dan jiwanya demi kejayaan aqidah dan cita-citanya tersebut. Jadi mereka adalah orang-orang terbaik, dari golongan elite terpilih, dari antara kalangan teristimewa. Tidaklah mungkin kejayaan akan dapat dicapai melainkan harus menapaki jalan ini. Tidaklah mungkin sendi-sendi Dien ini dapat ditegakkan, panji-panjinya dapat berkibar gemilang, atau kendaraannya dapat diluncurkan, melainkan harus menempuh jalan ini. Jalan ini hanya satu. Dan sesungguhnya, tidak mungkin mencapai Surga jika tidak melalui jalan ini:
“Apakah engkau mengira dapat masuk Surga, sebelum Allah membuktikan di antaramu siapa yang telah berjuang di jalanNya dan siapa yang teguh bersabar?” (Quran 3:142)
Demikianlah para pendiri Ummah dan arsitek kegemilangan itu tidak banyak jumlahnya. Demikian juga jika seseorang ingin membangun kegemilangan sejati, maka ia harus mempersiapkan harga yang layak demi kejayaan itu, yaitu pengorbanan peluh dan darah, dan juga pengorbanan darah dari keluarganya, orang-orang yang ia cintai, serta orang-orang yang ada di sekelilingnya, hingga Allah telah memandang sepadan seluruh pengorbanannya itu. Dan kejayaan sejati itu tidak akan dapat dicapai, melainkan harus menempuh Jalan ini: Jalan Jihad yang penuh berkah.
Jihad di bumi Afghanistan dibina fondasinya oleh sekelompok kecil orang: 14 orang pemuda dari Gerakan Islam Taqwa dalam Universitas Kabul. Solidifikasi dari fondasi ini kemudian sampai pada kesimpulan yang final, bahwa tidak ada jalan lain selain melancarkan Jihad untuk menghadapi sang penguasa tiran, Daud At Taraqi, yang telah memutuskan untuk menumpas putra-putra gerakan Islam. Hingga kemudian para pemuda ini tiba di Peshawar, sekitar 30 orang, dan mereka kemudian bertekad untuk kembali ke Afghanistan dan memulai mengobarkan Jihad di sana.
Jihad pada awalnya dimulai seperti sepercik bara api, hingga kemudian Allah mentaqdirkan untuk memicu kobarannya bersama orang-orang yang diberkati ini dan meledakkannya, bersama dengan Jihad tersebut Allah memberkati bumi Afghanistan dan seluruh bumi Islam lainnya hingga segala keberkahan Jihad tersebut menyebar ke seluruh dunia. Beberapa orang berpendapat bahwa bumi ini telah sedemikian hancurnya dan Ummah ini telah sedemikian sekaratnya. Bumi dan Ummah ini haus akan siraman darah syuhada untuk menghidupkannya kembali. Karena itu Allah kemudian mengobarkan Jihad di atas bumi Afghanistan dan sekelompok pemuda dari dunia Islam berbaris menuju Afghanistan untuk menyertai Jihad dan berusaha menggapai syahid.
Dan sungguh sekelompok pemuda Arab ini, yang jumlahnya tidak lebih dari ratusan orang, merubah arus pertempuran, dari pertempuran Ummah Islam sebatas satu negeri, menjadi gelombang gerakan Jihad Islam semesta, di mana kemudian berbagai bangsa berpartisipasi, berbagai warna kulit, bahasa, dan budaya saling membahu dalam kancah Jihad; memang sesungguhnya mereka adalah satu, kiblat mereka satu, barisan mereka satu, dan tujuan mereka satu: yaitu supaya hanya kalimat Allah tinggi berkibar dan Dien ini berjaya di atas bumi.
Dan sungguh keterlibatan Muslim dari berbagai bangsa dalam medan Jihad tersebut, telah menyadarkan mereka yang terlena dan mengagumkan mereka yang lalai. Kemudian ia menggetarkan kekuatan opresor (penindas), di mana para musuh Islam menyaksikan arena pertempuran dan mulai menghitung loncengnya. Keterlibatan orang-orang bukan bangsa Afghan dalam kancah pertempuran telah menjadi dentang lonceng peringatan bagi mereka, dan membuat mereka begitu gentar, karena bangkitnya sekelompok orang dari berbagai bangsa dan saling bahu membahu dalam kancah Jihad ini telah membawa para musuh Islam itu ke tepi jurang keputusasaan, hingga kemudian rasa putus asa ini menyebar pekat dalam hati mereka, di mana mereka menyadari bahwa saat kehancuran mereka sudah dekat.
Lebih jauh, para musuh Islam kemudian semakin sadar akan potensi resiko dari dikuburkannya para sukarelawan pejuang antar bangsa ini di bumi Afghanistan, seakan jasad para syahid yang dikuburkan itu menegaskan kepada seluruh dunia, bahwa Dien ini membutuhkan jutaan lagi pengorbanan seperti ini untuk merubah kondisi keterpurukannya, dan pengorbanan seperti ini pasti dicapai oleh setiap pejuang, di sini di tempat peristirahatannya yang terakhir, dan peluru yang menembus tubuhnya merupakan stempel kehormatan dari Dien ini, tanda perlawanan tak pernah padam dari Ummah Islam, dan Izzah (harga diri) sejati kaum Mukminin.
Beberapa intelektual modernis yang tertipu menyangka bahwa segala pengorbanan yang telah dipersembahkan di Jalan ini tidak berguna dan sia-sia. Sesungguhnya, mereka seharusnya sadar bahwa tiap tetes darah syuhada itu begitu agung di hadapan Allah Ar Rahman. Cukuplah kita mengingat satu hadits (di antara sekian banyak hadits yang membicarakan hal ini), diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi, shahih, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya para syuhada diberikan tujuh karunia oleh Allah: seluruh dosanya akan diampuni di saat pertama darahnya memancar tumpah dari tubuhnya, ia menyaksikan tempatnya di Surga bersamaan dengan darahnya menetes (sesaat sebelum ruhnya berpisah dari raganya), ia akan merasakan manisnya Iman, ia akan dinikahkan dengan 72 Huur Al ‘Ain (bidadari perawan Surga), ia akan dilindungi dari fitnah kubur dan akan diselamatkan dari fitnah besar di hari kiamat, akan disematkan di kepalanya sebuah mahkota kehormatan yang bertahtakan intan permata yang satu butir intannya tersebut lebih berharga dari dunia berikut seluruh isinya, dan ia diberi ijin untuk memberi syafaat kepada 70 orang anggota keluarganya (menyelamatkan mereka dari api neraka dan membawa mereka memasuki surga)”.
Sesungguhnya, tidaklah sejarah Dien ini ditulis, melainkan oleh darah para syuhada, melainkan oleh seri hidup para syuhada, melainkan oleh contoh teladan para syuhada. Bersama para syuhada seperti ini, negara ditegakkan, keyakinan diterapkan dalam kehidupan, dan iman menjadi berjaya. Berdasarkan alasan ini, kami telah membuat kompilasi tentang sepenggal kisah hidup para syuhada: para Syuhada Arab yang telah menyertai Jihad dan syahid di Bumi Jihad Afghanistan, dan mempersembahkan koleksi terpilih ini ke hadapan Anda.
Dan mungkin bagi mereka yang berpikiran sempit dan bersudut pandang picik, dan mereka yang masih terikat dengan ruang dan waktu, akan menganggap bahwa ini adalah sekedar sebuah kisah, sekedar sesuatu yang telah terjadi dan telah selesai. Sang Maut telah mengibarkan jubahnya, dan menelan para syuhada ini dan membawa mereka pergi serta tak kembali lagi. Tak ada hubungannya lagi dengan masa kini apalagi masa depan.
Tetapi, bagi mereka yang perpandangan jauh dan memiliki hati yang tercerahkan, mereka memahami bahwa semua pengorbanan ini adalah batu bata fondasi dan air penyubur bagi generasi yang akan datang, dan peradaban yang jauh yang akan tegak. Seluruh kisah ini, seluruh pengorbanan ini, seluruh contoh teladan ini, akan sentiasa menjadi tanda-tanda rambu jalan dari keseluruhan perjalanan Dien ini, untuk mereka yang akan datang kemudian dan berniat untuk menapakinya, atau mengikuti tiap bekas jejak langkah dari orang-orang terbaik ini.
“Mereka semua ini adalah orang-orang yang telah mendapat petunjuk dari Allah, maka ikutilah mereka… “ (Quran 6:90)
Sesungguhnya beberapa orang teladan dari para syuhada ini berasal dari lingkungan kaya raya dan sangat makmur berkelimpahan, tetapi mereka berhasil memecahkan belenggu fitnah kemewahan dunia itu, mereka terbang meninggalkan segala kenyamanan tersebut, hidup di gunung-gunung Afghanistan, hingga Allah memberikan mereka anugerah syahid.
Kami memohon kepada Allah agar kita dapat dipersatukan dengan mereka di tempat tertinggi di Surga, bersama para Nabi, para Shidiqqin, para Syuhada , dan para Shalihin. Kami memohon kepada Allah agar Dia memberkati kita dengan syahid di jalanNYa, dan agar Dia menganugerahi kita kebahagiaan sejati. Wahai Engkau Yang Maha Agung!
Wahai kalian, orang-orang yang telah bergelut di medan da’wah, wahai kalian yang telah menetapi ambisi yang agung, janganlah kalian merasa ragu untuk mempersembahkan darah kalian demi Dien ini. Jika kalian benar dan tulus, maka persembahkanlah darah dan jiwa kalian kepada Allah Rabbul ‘alamin yang telah mengamanatkannya kepada kalian dan kemudian membelinya dari kalian:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman jiwa dan hartanya dengan Surga. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh…” (Quran 9:111)
Wahai kalian para pemuda, wahai kalian putra-putra Islam! Apa yang dapat mensucikan diri kita dari dosa? Apa yang dapat membersihkan kita dari segala kemaksiatan ini? Apa yang dapat membasuh diri kita dari segala kotoran ini? Segala dosa dan kemaksiatan ini tak dapat disucikan keseluruhannya melainkan oleh darah kesyahidan. Pahamilah, sesungguhnya tidak ada jalan lain melainkan Jalan ini. Jika tidak, maka perhitungan pertanggungjawaban amal akan begitu sulit, Mizan akan menanti, dan Shirath akan membentang, sementara waktu kalian di dunia ini terus habis bergulir. Maka renungilah…
Dan segenap shalawat dan salam tercurah atas Tuan kami, Muhammad saw, dan kepada seluruh keluarga Beliau, dan para Shahabahnya semua.
0 komentar:
Posting Komentar